Rabu, 08 Desember 2010

HIJRAH DARI PERSPEKTIF MANAJEMEN (Analisis Sejarah dan Prediksi Masa Depan)*

HIJRAH DARI PERSPEKTIF MANAJEMEN

(Analisis Sejarah dan Prediksi Masa Depan)*

Dimuat di

Koran Tribun Timur

Edisi Rabu (8/12) 2010 halaman 2

*Jusman Dalle (Mahasiswa Manajemen UMI dan Humas KAMMI Makassar)

Hijrah Rasulullah Muhammad Saw beserta para keluarga dan sahabat pada 14 abad yang silam, tepatnya tahun 622 Masehi atau tahun 1 Hijriyah merupakan sebuah gerakan revolusioner yang sangat fantastis. Dari peristiwa hijrah ini, Islam bergerak dari sebuah gerakan kecil di Mekkah menjadi negara Madinah. Rezim kafir Quraisy yang telah ratusan tahun mendominasi sendi-sendi kehidupan kota Mekkah tak mampu menghalangi proses mobilitas umat Islam tersebut, mobilitas yang dipenuhi dengan tekad perubahan, sebuah ikhtiar sejarah untuk mempertahankan eksistensi dan semangat ekspansif. Di kemudian hari, perisitwa bersejarah ini menjadikan Islam sebagai negara super power dan dari Madinah Islam mengatur kesejahteraan manusia hingga menguasai 2/3 belahan bumi. Dalam pendekatan manajemen, hijrah merupakan terobosan seorang Muhammad Saw yang oleh Dr. Muhammad Syafi’i Antonio dikatakan sebagai super leader dan super manajer.

Sebelumnya, di tahun 615 Masehi bertepatan dengan tahun ke-5 dari tahun kenabian, proses hijrah pertama telah dilakukan dengan negara tujuan adalah Habasyah. Hijrah pertama ini diikuti oleh dua belas orag laki-laki dan empat orang perempuan dibawah pimpinan Utsman bin Affan. Rasulullah Muhammad Saw tahu bahwa raja Ashhammah An-Najasy penguasa Habasyah adalah seorang pemimpin yang adil dan tak bakal ada seorangpun yang teraniaya di sisinya. Setelah rombongan pertama ini diterima baik oleh Najasy, maka pada tahun berikutnya sebanyak delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas wanita ikut hijrah ke Habasyah sebagaimana dituliskan oleh Al Allamah Sulaiman Al-Manshurfuri.

Akan tetapi setelah 7 tahun di Habasyah, perkembangan Islam tidak berjalan signifikan karena memang sebelumnya penduduk Habasyah masih berpegang teguh pada agama nenek moyang mereka, agama Kristen, termasuk rajanya Najasy . Akhirnya Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabatnya mencari daerah yang lebih terbuka dan heterogen sehingga memungkinkan Islam diterima secara luas sebagai sebuah sistem kehidupan. Dan adalah Yastrib (sebelum berganti nama menjadi Madinah), kota pilihan tersebut.

Dari sini, saya ingin megajak pembaca sekalian menganalisis bagaimana ketajaman firasat masa depan, visi dan skill manajerial Muhammad Saw dalam memimpin sebuah gerakan kecil diantara dominasi kafir Quraisy Mekkah kemudian menjadi negara adi daya di Madinah. Sebelum proses hijrah ke Madinah tersebut berlangsung, Muhammad Saw sudah megirimkan seorang diplomat untuk membangun komunikasi awal dengan penguasa daerah setempat. Adalah Mush’ab bin Umair Al-Abdari dipercaya sebagai duta Islam, membangun komunikasi yang dalam manajemen kita sebut sebagai diplomasi dan negosiasi dengan pemuka kabilah di Madinah. Mush’ab bin Umair adalah pemuda yang dikenal pandai membaca, terampil dalam retorika dan komunikasi publik. Maka sesaat setelah tiba di Madinah, Mush’ab berhasil mengajak seluruh penduduk Madinah dari bani Al Asyhal yang dipimpin Usaid untuk memeluk agama Islam. Maka lambat laun penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam. Dengan diplomasi Mush’ab bin Umair, tercatat 12 orang pimpinan penduduk Madindah dari 2 suku terbesar yaitu Khazraj dan Aus memeluk agama Islam. Dan keIslaman mereka sudah pasti di ikuti oleh kaumnya.

Sedangkan proses hijrah besar-besaran dari Mekkah ke Madinah paling tidak memberi tiga pelajaran penting dari perspektif manajemen modern sekaligus menggambarkan skill leadership yang dimiliki Rasulullah Muhammad Saw.Pertama adalah perubahan. Bahwa umat Islam di Mekkah terus mengalami tekanan hebat dari kaum kafir Quraisy, sehingga sebagai seorang manajer Rasulullah Muhammad Saw melihat bahwa kondisi yang mencekam tersebut tidak terlalu efektif untuk tumbuh dan berkembangnya agama Islam. Maka Rasulullah Muhamad Saw mengambil keputusan besar. Tindakan revolusioner untuk berubah demi sebuah eksistensi. Perubahan seberat apapun itu jika menyangkut eksistensi, baik individu, organisasi atau kelompok apapun namanya menjadi mutlak dilakukan. Karena adalah sebuah kesalahan manajemen jika membiarkan potensi yang ada terus menerus mengalami krisis hingga akhirnya melemah. Dan Rasulullah Saw mengambil tindakan tepat, mengatasi krisis eksistensi dengan melakukan hijrah. Pada akhirnya kita menyaksikan banyaknya perusahaan yang mengalami kemunduruan bahkan akhirnya pailit dikarenakan terlalu konserpatif, enggan untuk melakukan perubahan, lebih senang dengan cara-cara klasik, takut untuk berhijrah. Apa lagi di zaman modern saat ini, akan sangat naif jika masih ada yang enggan berubah. Karena pada intinya hijrah adalah perubahan untuk sebuah eksistensi.

Kedua adalah mobilitas. Hijrah ini merupakan mobilisasi masif umat Islam yang dikomandoi langsung oleh super manager, Muhammad Saw. Mobilisasi disini bukan hanya mobilisasi fisik secara literal, akan tetapi lebih luas Muhammad Saw telah memaknai mobilisasi sebagai pemanfaatan potensi umat Islam. Muhammad Saw telah memobilisasi potensi diplomatik di dalam diri Mush’ab bin Umair untuk membuka gerbang Islam di Madinah. Muhammad Saw menyadari bahwa penolakan di Mekkah yang selama ini terjadi lebih karena rasa sombong dan sikap tertutup pemuka Kafir Quraisy terhadap pembaharuan-pembaharuan, termasuk Islam yang mereka anggap asing. Sementara masyarakat Madinah yang keterogen lebih terbuka dengan perubahan. Maka Islam sebagai sebuah potensi besar untuk menata kehidupan menjadi lebih baik harus segera di mobilisasi mencari bentuk dan tempat idelanya untuk tumbuh berkembang. Dan hijrah ini merupakan strategic plannning. Mobilisasi juga berarti instrumen jika masih ada kehidupan. Karena mobilisasi berangkat atas respon terhadap ligkungan sekitar. Kepekaan membaca lingkungan yang tidak bersahabat harus dimiliki oleh seorang manajer . Karena di dalamnya tercermin sikap visioner. Salah satu perusahaan dunia yang melakukan mobilisasi ini adalah Virgin Corporation milik Sir Richard Branson, trilyuner dari Inggris. Nama besar Virgin yang memawahi lebih dari 350 perusahaan mendorong Sir Richard Branson untuk memobilisasi perusahaannya memulai satu proyek ‘gila’, yaitu wisata keluar angkasa. Luar angkasa yang selama ini dipandang sebagai objek penelitian dibidang antariksa menjadi berbeda di mata Sir Richard Branson, luar angkasa ternyata sangat menarik dan potensial untuk berbisnis. Maka berbekal nama besar Virgin Corporation, Richard Branson pada bulan Oktober 2010 yang lalu memulai uji coba peluncuran pesawat wisata luar angaksa yang diberi nama Virgin Galactic dan bermarkas di New Meksiko. Ajaibnya, tiket penerbangan perdana pun ludes sementara antrian untuk penerbangan berikutnya mash banyak. Sebuah contoh mobilisasi potensi yang sekaligus mengantarkan pada ekspansi.

Ketiga adalah ekspansi. Peristiwa Hijrah ini juga menjadi babak ekspansi pertama umat Islam. Islam yang awalnya tidak terinstitusi, tercerai berai dalam setiap personal akhirnya berevolusi menjadi sebuah negara besar dengan masyarakat heterogen. Ada muhajirin dan anshar di dalamnya, Muhammad Saw sebagai kepala negara. Maka tak heran jika dikemudian hari Micheal H. Hart menempatkan Muhammad Saw sebagai pemimpin paling sukses di dunia. Dan sejarawan Mc Donald mengatakan bahwa Madinah adalah negara Islam pertama dan termodern di zamannya. Muhammad Saw memulai dari gerakan kecil individu-individu hingga akhirnya terinstitusi menjadi negara. Saat ini ajaran Islam terus dipeluk oleh 1,6 miliar manusia penduduk bumi , Hijrah berhasil mengekspansi tidak hanya tanah atau bumi tetapi juga hati umat manusia. Wallahu’alam


0 komentar:

Posting Komentar