Senin, 22 Maret 2010

PERNYATAAN SIKAP KAMMI PUSAT : Polisi Brutal dan Anarkis, Nodai Demokrasi !

Mengecam keras kebrutalan pihak kepolisian dalam menangani Demonstran!
Kapolri harus bertanggungjawab terhadap kekerasan pihak kepolisian!

Dengan ini Pimpinan KAMMI Pusat ingin menyampaikan ungkapan kekecewaan terhadap
aparat kepolisian yang sangat brutal dan tidak bertanggung jawab terhadap massa
aksi KAMMI. Berikut kami sampaikan kronologinya:

Massa KAMMI ada di depan gerbang DPR RI, Jalan Gatot Subroto Jakarta, sejak
pukul 10.00 WIB, melakukan aksi dengan damai. Orasi dan yel-yel, disela dengan
shalat dan istirahat. Pukul 16.45, massa KAMMI tetap tenang, duduk berjongkok
ada di tengah massa dari elemen lain. Posisi massa masih di depan gerbang, di
belakang kawat berduri. Tiba-tiba dari arah depan pintu gerbang sisi kiri,
barisan polisi merangsek maju menyerang massa. Ada lemparan batu dari arah
polisi, diserta tembakan peluru karet.

Massa aksi selain KAMMI berhamburan lari ke arah barat pintu gerbang. Massa
KAMMI dikomando untuk tetap ada di tempat—karena KAMMI merasa tidak melakukan
provokasi. "KAMMI tetap di tempat dan tidak akan melawan." Tapi, karena tetap di
tempat, massa KAMMI yang santun, mendapat provokasi. Polisi makin brutal dan
anarkis, mereka memukuli demonstran KAMMI. Bukan hanya memukuli, polisi juga
menembakkan peluru karet untuk menghalau massa.

Akibat tindakan brutal polisi itu, empat massa dari KAMMI mendapat luka berdarah
yang parah. Mereka adalah Hilman dari KAMMI Sumedang, Mukhtar dari KAMMI UNJ,
Ari dari sumedang dan Mulki dari KAMMI UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mereka
berdarah di bagian hidung dan kepala. Termasuk satu orang terkena peluru karet,
yaitu Agung Andri, Ketua Pengurus KAMMI Pusat bidang Media dan Kajian Strategis.
Akibat peluru karet, mata kanannya tidak bisa melihat dan kacamata pecah.

Massa kammi berangsur mundur ke arah masjid TVRI. Saat ini massa berkumpul di
sana menunaikan sholat. Beberapa yang terluka diantar ke rumah sakit. Saat ini
korban anarkisme oknum kepolisian tersebut sedang dirawat di RS Aini Kuningan,
Jakarta.

Maka dari itu, kami dari Pengurus Pusat KAMMI menyatakan sikap:

1.Mengecam keras tindakan brutal dengan menggunakan kekerasan yang ditunjukkan
oleh aparat kepolisian dalam mengawal demonstran.

2.Menuntut seluruh aparat kepolisian untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam
mengayomi dan melindungi hak-hak rakyat di seluruh Indonesia.

3.Mendesak Kapolri dan jajaran pejabat kepolisian lainnya untuk bertanggung
jawab terhadap tindakan-tindakan kekerasan yang ditunjukkan oleh aparatnya
kepada Mahasiswa.

4.Kepada seluruh elemen gerakan mahasiswa untuk bersatu, demi menegakkan
kebenaran dan keadilan untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.


Jakarta, 03 Maret 2010
ttd,


Rijalul Imam, S.Hum, M.Si.
Ketua Umum KAMMI Pusat

Posisi dan Goal KAMMI pada Kasus Century

Ditemui pada jeda waktu istirahat setelah selesai memimpin aksi memperingati hari anti korupsi sedunia yang jatuh tanggal 9 Desember 2009, Rijalul Imam, Ketua Umum KAMMI 2009-2010 tampak masih sibuk menerima panggilan dari telepon selularnya, dengan senyum bapak yang telah memiliki dua putra ini meminta dengan sopan agar reporter web KAMMI menunggu sebentar untuk memulai wawancara.

Berikut wawancara lengkap Rijal tentang Sikap, posisi dan Goal KAMMI untuk kasus Bank Century oleh tim web KAMMI.

Bagaimana KAMMI menyikapi kasus Bank Century?

Kasus Century adalah kasus besar. Prahara bagi Negara, dimana uang 6,7 Triliun itu dirampok secara sistematis. Kita menilai ini sebagai kriminalisasi terhadap Negara. Entah boleh jadi Negara sendiri yang melakukan kriminalisasi terhadap dirinya sendiri.karena 6,7 T itu ya hilang setelah di Bail Out. Maka sikap KAMMI mendesak kepada pimpinan KPK untuk mengusut tuntas, karena baru KPK yang saat ini bisa dipercaya, kemudian adapun PANSUS kita pun menaruh kepercayaan dan memberi kesempatan pada PANSUS untuk menyelesaikan kasus Century ini tapi kepercayaan ini tidak gratis, karena kalau PANSUS ini hanya berakhir dengan kompromi politik, maka KAMMI akan cabut kepercayaan terhadap PANSUS.

Saya datang kemarin ke kantor KPK bertemu pimpinan KPK setelah Bibit dan Chandra kembali untuk meminta dan mendorong mereka menyelesaikan kasus ini tanpa reses dan tanpa cuti.

KAMMI adalah gerakan mahasiswa, dimana posisi KAMMI pada kasus ini?

Sebagai gerakan mahasiswa, posisi kita sudah jelas sebagai Controling, mengawasi seluruh kebijakan yang terkait dengan masalah Bank Century ini termasuk making decision yang diambil di BI dan DPR dalam hal ini adalah pansus. Selain itu gerakan mahasiswa adalah gerakan penekan, kita akan menekan dan mendorong terus pada pemerintah dan pada penegak hukum untuk menuntaskan kasus ini secara hokum bukan secara politik, artinya sekalipun yang terkena adalah wapres, menkeu dll ya harus di usut, juga termasuk presiden kalau ternyata dia terindikasi. Parameternya adalah penegakan hukum.

Setelah untuk kesekian kalinya KAMMI melakukan aksi turun kejalan, audiensi, dsb bagaimana Goal KAMMI kedepannya?


Goal utama KAMMI adalah penegakan hukum secara transparan dan adil, artinya bukan hukum yang kompromi di belakang tapi terbuka pada masyarakat siapa yang bersalah untuk dihukum seberat - beratnya. Karena ini bukan masalah 3 buah coklat yang diambil oleh nenek minah, tapi ini uang rakyat sebesar 6,7 Triliun. Goal yang kedua ,kita igin dengan aksi kammi ini ujungnya ini adalah menghentikan sindikat mafia barkeley (para bandit ekonom). Goal yang ke tiga adalah Reformasi Perbankan menuju pada Perbankan Syariah. Saya sangat mendorong sekali bila ada praktisi perbankan syariah yang berbicara untuk kasus Bank Century ini. Ini momentum bagi mereka untuk menunjukkan bahwa perbankan islam memberikan solusi seluas-luasnya bagi perekonomian di Indonesia. Bicara pada masyarakat, inilah hasil produk ekonomi neo liberal, adanya bail out, depresi ekonomi, dsb. Coba sekarang tampil para praktisi ekonomi syariah.

Jumat, 12 Maret 2010

MEGA PROYEK ABAD 21

MEGA PROYEK ABAD 21*
(Oleh:Jusman Dalle-Kord Humas KAMMI Makassar)


Rasulullah saw. Pernah menengarai akan fase-fase yang akan menjadi ukiran sejarah Islam menembus zaman hingga kiamat kelak mengakhiri peradaban manusia di dunia. Periodesasi itu terdiferensiasi dalam lima fase ; Fase kenabian, fase kekhalifahan yang tegak di atas niali-nilai kenabian, fase mulkan ‘aadhan atau penguasa yang menggigit, dan fase mulkan jabariyyan atau penguasa yang menindas,terakhir sebelum kiamat menyapa zaman, umat ini sekali lagi akan berjaya di atas langit peradaban yang menyirai rahmatan lil’aalamiin. Yaitu kembali ke periode kekhalifahan yang tegak diatas nilai-nilai kanabian. ( Disarikan dari hadits riwayat Imam Ahmad dan Baihaqi )

Pada realitas kita berkaca

….dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada' dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,( QS. Ali’Imran : 140)

Demikianlah kalimat agung Rabbul Izzati telah mengajarkan kita akan dinamisasi kehidupan –peradaban- manusia ini. Bahwa kejayaan dan kehancuran manjadi gerigi-gerigi roda sejarah yang terus berputar dan mengisi ruang-ruang waktu. Islam, dalam prosesnya mengikuti scenario Allah SWT denga kota sebagai actor-aktornya, kini telah berada pada mulkan jabariyyan, suatu periode dimana secara de jure hukum Islam tidak lagi tegak apalagi seca de facto. Kita bisa menyaksikan disana sini terjadi ketimpangan dalam tubuh umat Islam dan umat manusia secara umum. Islam yang syumul (menyeluruh) ini telah dimodifikasi dalam rasio sekuler dengan pemahaman parsial sehingga dikotomi dalam beragama telah menjadi hal yang biasa saja. Makanya jangan heran ketika kita menyaksikan begitu banyak muslim yang shaleh tetapi masih shaleh secara pribadi – tidak dapat mendistribusikan keshalehannya pada orang lain- , mereka hanya asyik beribadah diatas mihrab-mihrabnya tanpa peduli pada wilayah politik, ekonomi, social, budaya, pertanian dan ranah-ranah social lainnya. Akibatnya, Islam tetap lemah dan tidak punya wibawa. Islam terfriksi dalam berbagai aliran, kelompok, partai dan organisasi. Islam dituduh sebagai Ideologi fasis, radikal, fundamentalis penebar maut (teroris),dan tidak manusiawi. Bahkan oleh orang-orang yang mengakui dirinya sebagai muslim, Islam didekonstruksi dengan paham liberalisme dan berbagai macam aliran sesat sehingga citra Islam semakin buruk. Amerika Serikat CS juga terus mengobok-obok negeri-negeri Muslim dengan berbagai dalih (HAM, Demokrasi) untuk memudahkan hegemoninya. Demikianlah realitas memilukan ini terus terjadi jika penguasa Negara atau dunia ini bukan penguasa yang menerapkan hukum Islam . Melihat realitas-realitas itu, kita bisa mendiagnosa bahwa dunia Islam pasca pembubaran simbol persatuan dan kekuatan Islam (Khilafah Turki Ustmani) oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924, kini berada pada masa kemerosotan dan keterpurukan –mulkan jabariyyan-. Saudaraku, bukankah Rasulullah saw pernah bersabda “ Al Islamu Ya’lu walaa Yu’la Alaihi : Islam itu tinggi dan tidak ada yang menyamai ketinggiannya” ?

Tesis Samuel P.Huntington, Sebuah Kabar Gembira

Pada wahyu Ilahi lah kita mengambil pelajaran karena telah terbukti secara empirik. Al Qur’an mengajarkan bahwa sebentar lagi kejayaan Islam akan menata kembali wajah peradaban dunia sebagaimana disebutkan di dalam surat Ali’Imran ayat 140 di atas. Bahkan ini dipertegas oleh Rasulullah saw di dalam hadits-haditsnya. Demikianlah kabar gembira itu, Islam akan kembali berjaya! Maka diskursus kebangkitan Islam mulai mewacana menghiasi tesis-tesis professor politik barat sekalipun sebagaimana yang disinyalir Samuel P Huntington dalam Clash Of Cifilization-nya. Dan itulah realitas yang tidak bisa kita bantah, seiring dengan uzurnya kemerosotan Islam menuju berseminya kebangkitan yang mulai massif di awal abad 21 ini.

Dalam tesisnya yang berjudul Clash Of Civilization, Samuel P Huntington menegarai bahwa peradaban barat akan tergantikan oleh peradaban baru yang diprediksi dari Asia. Dengan gamblang Huntington mendeskripsikan pertarungan ideologi yang kemudian menjadi awal dari peralihan sejarah tersebut.. Dari tesis itu, kita bisa membaca arah pergerakan dunia tanpa harus menafikan negara-negara yang juga saat ini sedang bergerak maju dengan sokongan SDM yang mulai mneyaingi Barat (AS, dan Eropa) semisal Cina, India, dan Jepang. Yang jelas bahwa Timur sedang menglami renaisance, mengembalikan sejarah masa lalu mereka yang pernah mengisi ruang peradaban dengan bentangan mozaik sejarahnya. Negara-negara Islam dan berpenduduk Muslim yang notabenenya adalah negera-negara Timur tentu perlu memainkan peran dalam percaturan renaisance ini. Jika kita melihat peta Asia maka tak pelak lagi bahwa Negara-negara Muslim memiliki posisi strategis baik dari segi SDA yang melimpah maupun letak geografis yang mengapit benua Asia. Anugrah inilah yang mestinya kita manfaatkan. Dibagian akhir tesisnya, Hunington memprediksi bahwa pada akhirnya nanti hanya akan tersisa dua peradaban besar yang akan bertarung mempertahankan eksistensinya, yaitu peradaban Barat versus Islam. Artinya bahwa Islam akan bangkit kembali dan menunjukkan jati dirinya sebagai nilai universal membawa manfaat dan solusi atas segala permasalahan (rahmatan lil’alamin) sebagaimana juga telah digambarkan oleh Al Qur’an dan hadits yang disebutkan sebelumnya.

Peristiwa kemenangan dan kekalahan dalam sebuah peperangan memiliki kaidah yang menjadi sunnah-sunnah semesta melalui mekanisme kerja alam raya dan inilah yang kemudian mengatur jalannya sejarah manusia. Kaidah-kaidah tersebut merupakan buah yang berasal dari referensi sejarah. Maka tak heran jika Al Qur’an dalam ruangnya lebih banyak bercerita tentang sejarah karena memang sejarah adalah salah satu referensi pembelajaran terpenting. Melalui Al Qur’an kita diajari kaidah-kaidah kebangkitan. Dan syarat kebangkitan itu sendiri tentu dengan mengikuti mekanismenya. Sebaliknya kemenangan umat selamanya akan tertunda manakalah kita tidak segera menganbil tindakan memulai kebangkitan itu.

Diperahu Manakah Kita Berada ?

Jika kita menganalogikan bahwa puncak peradaban Islam yang kita tuju sebagai “pulau harapan” ditengah gelombang kehidupan yang sesekali menghempas, maka muncul pertanyaan ; dengan apakah gerangan pulau hrapan itu kita capai ? jawabannya sederhana, bisa dengan berenang, menggunakan speed boat, perahu layar, atau mungkin sampan, dll. Artinya bahwa dengan interpretasi berbeda akan cara mencapai “pulau harapan” tadi, maka diskursus kebangkitan Islam dalam wacana postmo Islam berhasil melahirkan kristal fikrah yang pada akhirnya menjadi semaian lahirnya kafilah-kafilah da’wah dengan manhaj heterogan namun tetap dalam demarkasi yang sama, KEBANGKITAN ISLAM!.

Dari sini kemudian pertanyaan baru muncul, “yang mana dari organisasi atau harakah Islam itu yang sudah tepat jalannya, yang bisa bekerja efektif, efisien dengan hasil yang jelas nantinya mencapai “pulau harapan” dengan cepat dan tepat ”? Maka jawaban atas pertanyaan ini biarlah kita sematkan pada apa yang pernah dikatakan oleh Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah. Kata Ali ibn Abi Thalib “ kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”. Maka kita mesti mempelajari manakah harakah yang memiliki tahapan kerja (marhalah amal) sistematis, terencana, fleksibel, adaptif, bisa diterima semua golongan(aseptability), dan tentunya memiliki kesiapan resources (sumber daya) menjadi juru bicara peradaban.

Ada Jalan Yang Pasti !!!

Pekerjaan merekonstruksi peradaban ini adalah mega proyek yang harus dilaksanakan dengan perencanaan dan tahapan yang sistematis. Sebagaimana para anbiya dan syuhada terdahulu telah mengajarkan kita, memberi teladan dan sepatutnya semangat dan jalan merekalah yang menjadi kompas perjuangan kita hari ini. Maka sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Beliau bersama para sahabat telah membentangkan jalan perjuangan itu, sejarah telah mengajari kita bagaimana Islam mampu memimpin dunia selama 13 abad. Dan sebaik-baik guru adalah sejarah itu sendiri. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah : 105)

Mari berhitung, kita mulai pekerjaan “mega proyek abad 21” ini. Dan inilah marabitul amalnya (tahapan kerja) :

A. Ishlahunnafs (perbaikan individu)

Tak dapat dipungkiri bahwa kita butuh seorang muslim dalam pola pikir, aqidah, moralitas dan perasaannya serta dalam amal dan perilakunya. Inilah pembentukan individu yang mutlak dilakukan oleh kita yang terlibat dalam “mega proyek” ini, karena idividu merupakan elemen, sel, dan bagian yang beradah dalam tubuh umat ini. Peradaban Islam ini tidak akan berdiri ditengah hirukpikuk rimba jahiliah jika para anasir-anasir (agen) perubahnya tidak mampu bertahan dalam pertarungan al-haq wal bathil ini. Karena tanpa diminta, arus gelombang jahiliyah akan terus membentuk pusaran yang menenggelamkan mereka yang memiliki resistensi rendah. Dan betapa hebat jahiliyah versi abad 21 ini karena mampu bermetamorfosis dengan cepat dan sangat adaptif terhadap kebutuhan manusia. Lihat misalnya bagaimana jahiliyah menembus media dan secara instan “mendidik” anak-anak lewat televisi melalui ramuan acara yang tidak mendidik bahkan amoral sehingga terjadi degradasi moral pada diri calon-calon penerus agama dan bangsa kita. Maka harus ada sintesa atas realitas ini. Dan sintesanya adalah pembinaan secara komperhensif bagi setiap individu disegala lini kehidupannya seperti yang telah disebutkan diatas (pola pikir, aqidah, moralitas dan perasaannya serta dalam amal dan perilakunya). Taribiyah, ya kita sebut ini sebagai Tarbiyah. Karena sentuhan tarbiyah secarah utuh terbukti telah mengangkat derajat seorang budak–Bilal bin Rabah- menjadi penghuni surga yang terompah (alas kakinya) terdengar di surga. Tarbiyah pula yang telah mengarahkan karakter keras preman Mekkah menjadi salah seorang dari Khulafaurrasyidin –Umar ibnu Khattab- yang kemudian menjadi masuk dalam front line dakwah Rasulullah saw. Jika setiap atau sebagian besar individu muslim tersentuh tarbiyah maka kita akan optimis bahwa ada yang benteng kokoh pada diri setiap individu itu dan mampu mereduksi arus jahiliyah.

B. Binaaul Usrah wal Muslimah (Pembinaan keluarga Muslim)

Individu-individu Rabbani –muslim dan muslimah- yang telah terbentuk melalui tarbiyah tadi selanjutnya berafiliasi dan berkontribusi bagi Islam ini secara individu. Dan adalah hak fitrawi jika muslim-muslimah tadi membentuk sebuah ikatan sucai dalam mahligai pernikahan. Dengan pernikahan maka simpul-simpul ukhuwah menjadi lebih kuat dan lebar. Betapa tidak, dua keluarga telah bersatu dalam bingkai pernikahan yang agung. Maka itulah awal dari kader-kader tarbiyah untuk lebih berkontribusi secara massif dalam lingkungan kehidupan dan interaksi sosial mereka. Berbaur dengan masyarakat menebar nilai-nilai universal agama Islam. Dari rahim keluarga itu juga akan lahir generasi-generasi Rabbani yang taat, karena tumbuh dari proses pendidikan keluarga yang terjaga. Keluarga-keluarga muslim yang membetuk komunitas-komunitas dan lingkungan Islami dengan sendirinya akan mengantar kita pada tahapan amal berikutnya.

C. Irsyadul Mujtama’ (Pengarahan Masyarakat)

Inilah tahapan amal pasca pebentukan keluarga Islami tadi. Entitas muslim yang mendiami suatu geografi apakah RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan seterusnya akan menggelinding seperti bola salju, menjadi besar dan terus membesar. Maka bentangan waktu yang tidak terlalu lama akan membentuk kultur dan tingkah pola masyarakat berdasarkan sumber inspirasi karakternya masing-masing. Keluarga Islami. Proses distribusi sosial kesalehan yang berkesinambungan selanjutnya mengarahkan masyarakat pada merekatnya polah itu menjadi karakter dan kepribadian masyarakat. Cahaya Islam pun menembus batas-batas ke-egoan, meliuk keseluruh penjuru aktivitas masyarakat baik yang bersifat individu maupun aktivitas publik. Islam berbicara dengan bahas kejujuran dipusat-pusat perdagangan dan bisnis, menyatu dalam nilai-nilai moralitas dan tranparancy dalam panggung politik, mengetuk palu dalam bahasa keadlian dan persamaan dalam ruang-ruang peradilan tampil dalam busana dan pergaulan yang santun, serta menyapa dalam bahasa kasih sayang dalam kehidupan sosial. Sungguh indah…

D. Tahrirul Wathan (Pembebasan Tanah Air)

Kesalehan yang mengkristal dalam pergaulan sosial selanjutnya diwadahi dalam sebuah lembaga -negara- . Menempati ruang-ruang strategis pengambil kebijakan. Dari pucuk-pucuk gerakan tarbiyah menginstitusi menjadi sebuah negara. Tanah air pun bergema dalam bahasa Islam, bersuara lantang di atas pentas dunia mengajak negara lain berlabuh dalam kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks ke-Indonesia-an, hal ini dapat kita wujudkan melalui jalur demokrasi tentunya dengan jalan terlebih dahulu melakukan pencerdasan politik pada grass root, menyentuh merekah dengan tarbiyah siyasi (tarbiyah politik). Hal itu adalah pekerjaan yang mudah karena pada tahapan amal sebelumnya sudah terjadi penetrasi ideologi secara individu, melalui keluarga, dan lingkungan masyarakat.Maka saatnyalah kita bersatu membebeskan tanah air agar tak ada lagi fitnah di muka bumi ini.

E. Ishlahul Hukumat (Perbaikan Hukum)

Ketik gerakan dakwah tarbiyah ini menginstitusi, maka tak ada pilihan lain kecuali pengelolaan institusi negara itu juga kita kelola dengan kerja-kerja tangan tarbiyah melalui sentuhan rabbani. Cara Islam dengan selera Al Qur’an dan Sunnah. Islam bekerja merubah hukum-hukum thagut dengan inspirasi Ilahiyah. Mengislamkan kembali huku-hukum yang selama ini diselimuti oleh mantel jahiliyah. Kita ingin menyaksikan negeri-negeri yang di dalamnya ada manusia yang bersyahadat dikelola dengan selera Al Qur’an dan Sunnah. Mengembalikan tiap jengkal tanah , di muka bumi ini yang di atasnya pernah bergema takbir, dan diserukan adzan. Hingga kemudian Islam menjadi juru bicara peradaban menjadi soko guru semesta. Ustadziyatul ‘alam. Wallahu’alam….





MEGA PROYEK ABAD 21

Kamis, 11 Maret 2010

Sejarah KAMMI

SEJARAH KAMMI



FSLDK X diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) pada 25-29 maret 1998. Forum itu dihadiri sekitar 200 orang peserta yang mewakili 69 LDK dari sekitar 64 kampus. Mereka berasal dari kampus-kampus yang ada di jawa, sumatera dan Kalimantan. FSLDK ini mengusung tema ”Pergerakan Mahasiswa Muslim Menuju Transformasi Sosial : upaya peningkatan intelektualitas Aktivitas Dakwah Kampus “Pertemuan yang kepanitiannya ditangani oleh LDK Jamaah AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ), menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, antara lain : Membangun pemahaman bersama tentang konsep Dakwah Islamiah yang dijalankan para LDK, memperkuat ikatan dan jaringan antara LDK dalam menyikapi krisis bangsa yang sedang terjadi. Untuk pengayaan wawasan para peserta, juga di selenggarakan sesi diskusi panel yang mengahadirkan sejumlah pembicara dari lingkungan LDK.Hal menarik dari sesi diskusi panel ini adalah diundangnya Prof.Dr.Amin Rais dan Letjen Prabowo Subiyanto. Meskipun keduanya berhalangan hadir, tetapi rencana panitia FSLDK X mengundang kedua tokoh ini menarik untuk dicermati. Mengenai Prof.Dr. Amin Rais, alasannya yang dikemukakan adalah mempertimbangkan sikap-sikap kritis yang dilontarkan Amin rais terhadap krisis yang sedang berlangsung dan juga sikap perlawanannya terhadap rezim status quo Orde Baru. Adapun rencana mengundang Letjen Prabowo Subiyanto didasari oleh semangat dialog ABRI-Mahasiswa yang mulai mengemuka pada saat itu. Diharapkan, para peserta FSLDK X bisa menggali pandangan dari petinggi militer terhadap permasalahan yang sedang terjadi dan khususnya bagaimana mereka memandang LDK sebagai kekuatan moral-intelektual mahasiswa muslim. Sidang komisi FSLDK X dibagi dalam komisi politik, Ekonomi, Budaya, Pers dan Jaringan Islam Indonesia. Dari sidang komisi Ekonomi dihasilkan rumusan untuk mensosialisasikan ide Ekonomi Islam yang berorientasi kepada ekonomi kerakyatan, baik dilingkungan kampus maupun ditengah masyarakat. Dari sidang komisi Budaya salah satu rumusan pentingnya adalah tuntutan untuk menciptakan birokrasi yang bersih, jujur, adil dan berwibawa serta menghapuskan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Adapun komisi politik secara prinsip sepakat bahwa krisis yang sedang terjadi merupakan momentum bagi FSLDK untuk mengemukakan sikap-sikap politiknya secara jelas dan tegas, agar eksistensi FSLDK diakui masyarakat. Salah satu poin menarik dari komisi Politik ini adalah prediksi tentang kekacauan politik yang mungkin terjadi menyusul semakin panasnya kondisi politik nasional. Lalu komisi ini merekomendasikan perlunya LDK melakukan langkah-langkah antisipasi dalam mengahadapi kemungkinan terjadinya kekacauan politik ini. Gagasan Pembentukan KAMMI Seperti disebutkan diatas, diskusi dalam sidang-sidang komisi ternyata diwarnai pembahasan hangat tentang perlunya LDK menyikapi situasi sosial politik yang sedang berkembang. Perdebatan seru muncul pada tataran operasional yaitu bagaiman LDK mewujudkan sikap pandangnya terhadap permasalahan bangsa yang terjadi, tanpa menyeret lembaga ini kedalam pusaran politik praktis. Akhirnya diambil inisiatif jalan tengah, yaitu melanjutkan pembahasan mengenai hal ini diluar forum FSLDK yang sudah terjadwalkan sejak semula. Jalan ini diambil karena sejak awal, panitia tidak secara khusus mengagendakan tema ini. Namun kuat respon para peserta agar LDK menyikapi perkembangan krisis nasional yang sedang terjadi, membuat para pemimpin sidang memutuskan jalan tengah ini.

Menindaklanjuti jalan tengah ini, dibentuklah tim formatur yang beranggotakan 8 (delapan ) orang dari peserta. Mereka adalah :

1. Arianto Pratikno ( ketua Jamaah AR Fachruddin UMM 1997/1998 ), sebagai ketua tim.

2. Badaruddin ( Ketua Forkom LDK Unair 1998/1999 )

3. Andri Yunita Kusumawati ( Forkom LDK Unair )

4. Edi Chandra ( DKM Al-Ghaifari IPB )

5. Faizal Sanusi ( Ketua Kerohanian Islam SM UI 1996/1997 )

6. Muhammad Arif Rahman ( Ketua Jamaah Shalahuddin UGM )

Tugas utama tim formatur ini adalah membahas dan memformulasikan bentuk respon LDK terhadap krisis nasional yang terjadi. Sementara tim ini bekerja, agenda-agenda FSLDK juga terus menjalani sesuai agenda yang telah direncanakan sebelumnya. Kerjanya tim formatur ini menyikapi 2 hal penting yaitu :

1. Sepakat untuk membentuk sebuah wadah khusus bagi para aktivis LDK diluar nasional yang semakinparah, termasuk pada tataran aksi.

2. Sepakat untuk mendeklarasikan wadah baru ini setelah selesainya acara FSLDK X, sehingga wadah ini bukan sebagai salah satu keputusan FSLDK X, tetapi kesepakatan para peserta yang terjadi bersamaan dengan berakhirnya penyelenggaraan FSLDK X.

Tim formatur ini juga sampai pada kesepakatan bahwa wadah ini bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ( KAMMI ), dengan mendudukkan Fahri Hamzah sebagai ketua umum dan Haryo Setyko sebagai sekretaris umum. Wadah ini kemudian dideklarasikan pada hari ahad, tanggal 29 maret 1998 atau bertepatan 1 Dzulhijjah 1418 H, jam 13.30 wib di Aula Universitas Muhammadiyah Malang (UMM ), beberapa setelah FSLDK X secara resmi ditutup oleh pembantu Rektor 2 UMM. Hasil-hasil keputusan tim formatur dibacakan oleh Ananto Pratikno, ketua Jamaah AR Fachuddin UMM, dihadapan peserta FSLDK nasional X yang saat itu masih tetap berkumpul diruangan. Setelah itu, deklarasi pendirian KAMMI yang tertuang dalam “Deklarasi Malang “ dibacakan oleh Fahri Hamzah yang mendapat amanah sebagai Ketua Umum, dan setelah itu dilakukan penandatanganan piagam deklarasi malang oleh sebagian besar peserta yang hadir.

Kelahiran KAMMI sudah merupakan keniscayaan. Sudah terlalu lama mesjid kampus bergolak, menuntut partisipasi. Para aktifisnya sudah tidak tahan dengan kezaliman rezim Orde Baru yang otoriter. Sebagaimana kita ketahui, pada awal 1980-an setelah pemerintaj melakukan represi luar biasakepada gerakan mahasiswa, muncullah berbagai mesjid dikampus-kampus besar seperti Salman di ITB, Arief Rahmah Hakim di UI, Jama’ah Salahuddin di UGM dll. Masjid kampus semacam ini, dari hari kehari bertambah jumlahnya, dan bertambah pula aktifitasnya. Hal ini kemudian menjadi pola yang fenomental pada awal 90-an… beberapa pengamat gerakan mahasiswa menyebutnya sebagai gerakan mahasiswa yang religius, gerakan ini ditandai oleh kentalnya warna agama ( islam ) dalam setiap kegiatan dan penampilan aktifisnya. Tak lama setelah dideklarasikan, KAMMI melakukan gebrakan aksi perdananya yang mengejutkan, yaitu “ Rapat Umum Mahasiswa dan Rakyat Indonesia “ dilapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta, pada tanggal 10 april 1998. Andi Rahmat menyebutkan lima alasan kenapa Aksi perdana ini menjadi fenomenal dan mengejutka, yaitu : v Jumlah massa Aksi yang hadir tergolong besar, yaitu sekitar 20 ribu orang.v Aksi tersebut merupakan Aksi pertama mahasiswa yang dilakukan diluar kampus.v Aksi massa besar diluar kampus itu ternyata berjalan secara tertib dan aman.v Isu utama yang diangkat adalah “ Reformasi Total “ sebagai jalan penyelesaian krisis.v Ini merupakan Aksi pertama mahasiswa yang mampu memobilisasi dan mengkonsolidasi massa rakyat. Dalam aksi ini hadir ibu-ibu rumah tangga, buruh-buruh korban PHK, dan beragam unsur lainnya.