Jumat, 12 Maret 2010

MEGA PROYEK ABAD 21

MEGA PROYEK ABAD 21*
(Oleh:Jusman Dalle-Kord Humas KAMMI Makassar)


Rasulullah saw. Pernah menengarai akan fase-fase yang akan menjadi ukiran sejarah Islam menembus zaman hingga kiamat kelak mengakhiri peradaban manusia di dunia. Periodesasi itu terdiferensiasi dalam lima fase ; Fase kenabian, fase kekhalifahan yang tegak di atas niali-nilai kenabian, fase mulkan ‘aadhan atau penguasa yang menggigit, dan fase mulkan jabariyyan atau penguasa yang menindas,terakhir sebelum kiamat menyapa zaman, umat ini sekali lagi akan berjaya di atas langit peradaban yang menyirai rahmatan lil’aalamiin. Yaitu kembali ke periode kekhalifahan yang tegak diatas nilai-nilai kanabian. ( Disarikan dari hadits riwayat Imam Ahmad dan Baihaqi )

Pada realitas kita berkaca

….dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada' dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,( QS. Ali’Imran : 140)

Demikianlah kalimat agung Rabbul Izzati telah mengajarkan kita akan dinamisasi kehidupan –peradaban- manusia ini. Bahwa kejayaan dan kehancuran manjadi gerigi-gerigi roda sejarah yang terus berputar dan mengisi ruang-ruang waktu. Islam, dalam prosesnya mengikuti scenario Allah SWT denga kota sebagai actor-aktornya, kini telah berada pada mulkan jabariyyan, suatu periode dimana secara de jure hukum Islam tidak lagi tegak apalagi seca de facto. Kita bisa menyaksikan disana sini terjadi ketimpangan dalam tubuh umat Islam dan umat manusia secara umum. Islam yang syumul (menyeluruh) ini telah dimodifikasi dalam rasio sekuler dengan pemahaman parsial sehingga dikotomi dalam beragama telah menjadi hal yang biasa saja. Makanya jangan heran ketika kita menyaksikan begitu banyak muslim yang shaleh tetapi masih shaleh secara pribadi – tidak dapat mendistribusikan keshalehannya pada orang lain- , mereka hanya asyik beribadah diatas mihrab-mihrabnya tanpa peduli pada wilayah politik, ekonomi, social, budaya, pertanian dan ranah-ranah social lainnya. Akibatnya, Islam tetap lemah dan tidak punya wibawa. Islam terfriksi dalam berbagai aliran, kelompok, partai dan organisasi. Islam dituduh sebagai Ideologi fasis, radikal, fundamentalis penebar maut (teroris),dan tidak manusiawi. Bahkan oleh orang-orang yang mengakui dirinya sebagai muslim, Islam didekonstruksi dengan paham liberalisme dan berbagai macam aliran sesat sehingga citra Islam semakin buruk. Amerika Serikat CS juga terus mengobok-obok negeri-negeri Muslim dengan berbagai dalih (HAM, Demokrasi) untuk memudahkan hegemoninya. Demikianlah realitas memilukan ini terus terjadi jika penguasa Negara atau dunia ini bukan penguasa yang menerapkan hukum Islam . Melihat realitas-realitas itu, kita bisa mendiagnosa bahwa dunia Islam pasca pembubaran simbol persatuan dan kekuatan Islam (Khilafah Turki Ustmani) oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924, kini berada pada masa kemerosotan dan keterpurukan –mulkan jabariyyan-. Saudaraku, bukankah Rasulullah saw pernah bersabda “ Al Islamu Ya’lu walaa Yu’la Alaihi : Islam itu tinggi dan tidak ada yang menyamai ketinggiannya” ?

Tesis Samuel P.Huntington, Sebuah Kabar Gembira

Pada wahyu Ilahi lah kita mengambil pelajaran karena telah terbukti secara empirik. Al Qur’an mengajarkan bahwa sebentar lagi kejayaan Islam akan menata kembali wajah peradaban dunia sebagaimana disebutkan di dalam surat Ali’Imran ayat 140 di atas. Bahkan ini dipertegas oleh Rasulullah saw di dalam hadits-haditsnya. Demikianlah kabar gembira itu, Islam akan kembali berjaya! Maka diskursus kebangkitan Islam mulai mewacana menghiasi tesis-tesis professor politik barat sekalipun sebagaimana yang disinyalir Samuel P Huntington dalam Clash Of Cifilization-nya. Dan itulah realitas yang tidak bisa kita bantah, seiring dengan uzurnya kemerosotan Islam menuju berseminya kebangkitan yang mulai massif di awal abad 21 ini.

Dalam tesisnya yang berjudul Clash Of Civilization, Samuel P Huntington menegarai bahwa peradaban barat akan tergantikan oleh peradaban baru yang diprediksi dari Asia. Dengan gamblang Huntington mendeskripsikan pertarungan ideologi yang kemudian menjadi awal dari peralihan sejarah tersebut.. Dari tesis itu, kita bisa membaca arah pergerakan dunia tanpa harus menafikan negara-negara yang juga saat ini sedang bergerak maju dengan sokongan SDM yang mulai mneyaingi Barat (AS, dan Eropa) semisal Cina, India, dan Jepang. Yang jelas bahwa Timur sedang menglami renaisance, mengembalikan sejarah masa lalu mereka yang pernah mengisi ruang peradaban dengan bentangan mozaik sejarahnya. Negara-negara Islam dan berpenduduk Muslim yang notabenenya adalah negera-negara Timur tentu perlu memainkan peran dalam percaturan renaisance ini. Jika kita melihat peta Asia maka tak pelak lagi bahwa Negara-negara Muslim memiliki posisi strategis baik dari segi SDA yang melimpah maupun letak geografis yang mengapit benua Asia. Anugrah inilah yang mestinya kita manfaatkan. Dibagian akhir tesisnya, Hunington memprediksi bahwa pada akhirnya nanti hanya akan tersisa dua peradaban besar yang akan bertarung mempertahankan eksistensinya, yaitu peradaban Barat versus Islam. Artinya bahwa Islam akan bangkit kembali dan menunjukkan jati dirinya sebagai nilai universal membawa manfaat dan solusi atas segala permasalahan (rahmatan lil’alamin) sebagaimana juga telah digambarkan oleh Al Qur’an dan hadits yang disebutkan sebelumnya.

Peristiwa kemenangan dan kekalahan dalam sebuah peperangan memiliki kaidah yang menjadi sunnah-sunnah semesta melalui mekanisme kerja alam raya dan inilah yang kemudian mengatur jalannya sejarah manusia. Kaidah-kaidah tersebut merupakan buah yang berasal dari referensi sejarah. Maka tak heran jika Al Qur’an dalam ruangnya lebih banyak bercerita tentang sejarah karena memang sejarah adalah salah satu referensi pembelajaran terpenting. Melalui Al Qur’an kita diajari kaidah-kaidah kebangkitan. Dan syarat kebangkitan itu sendiri tentu dengan mengikuti mekanismenya. Sebaliknya kemenangan umat selamanya akan tertunda manakalah kita tidak segera menganbil tindakan memulai kebangkitan itu.

Diperahu Manakah Kita Berada ?

Jika kita menganalogikan bahwa puncak peradaban Islam yang kita tuju sebagai “pulau harapan” ditengah gelombang kehidupan yang sesekali menghempas, maka muncul pertanyaan ; dengan apakah gerangan pulau hrapan itu kita capai ? jawabannya sederhana, bisa dengan berenang, menggunakan speed boat, perahu layar, atau mungkin sampan, dll. Artinya bahwa dengan interpretasi berbeda akan cara mencapai “pulau harapan” tadi, maka diskursus kebangkitan Islam dalam wacana postmo Islam berhasil melahirkan kristal fikrah yang pada akhirnya menjadi semaian lahirnya kafilah-kafilah da’wah dengan manhaj heterogan namun tetap dalam demarkasi yang sama, KEBANGKITAN ISLAM!.

Dari sini kemudian pertanyaan baru muncul, “yang mana dari organisasi atau harakah Islam itu yang sudah tepat jalannya, yang bisa bekerja efektif, efisien dengan hasil yang jelas nantinya mencapai “pulau harapan” dengan cepat dan tepat ”? Maka jawaban atas pertanyaan ini biarlah kita sematkan pada apa yang pernah dikatakan oleh Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah. Kata Ali ibn Abi Thalib “ kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”. Maka kita mesti mempelajari manakah harakah yang memiliki tahapan kerja (marhalah amal) sistematis, terencana, fleksibel, adaptif, bisa diterima semua golongan(aseptability), dan tentunya memiliki kesiapan resources (sumber daya) menjadi juru bicara peradaban.

Ada Jalan Yang Pasti !!!

Pekerjaan merekonstruksi peradaban ini adalah mega proyek yang harus dilaksanakan dengan perencanaan dan tahapan yang sistematis. Sebagaimana para anbiya dan syuhada terdahulu telah mengajarkan kita, memberi teladan dan sepatutnya semangat dan jalan merekalah yang menjadi kompas perjuangan kita hari ini. Maka sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Beliau bersama para sahabat telah membentangkan jalan perjuangan itu, sejarah telah mengajari kita bagaimana Islam mampu memimpin dunia selama 13 abad. Dan sebaik-baik guru adalah sejarah itu sendiri. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah : 105)

Mari berhitung, kita mulai pekerjaan “mega proyek abad 21” ini. Dan inilah marabitul amalnya (tahapan kerja) :

A. Ishlahunnafs (perbaikan individu)

Tak dapat dipungkiri bahwa kita butuh seorang muslim dalam pola pikir, aqidah, moralitas dan perasaannya serta dalam amal dan perilakunya. Inilah pembentukan individu yang mutlak dilakukan oleh kita yang terlibat dalam “mega proyek” ini, karena idividu merupakan elemen, sel, dan bagian yang beradah dalam tubuh umat ini. Peradaban Islam ini tidak akan berdiri ditengah hirukpikuk rimba jahiliah jika para anasir-anasir (agen) perubahnya tidak mampu bertahan dalam pertarungan al-haq wal bathil ini. Karena tanpa diminta, arus gelombang jahiliyah akan terus membentuk pusaran yang menenggelamkan mereka yang memiliki resistensi rendah. Dan betapa hebat jahiliyah versi abad 21 ini karena mampu bermetamorfosis dengan cepat dan sangat adaptif terhadap kebutuhan manusia. Lihat misalnya bagaimana jahiliyah menembus media dan secara instan “mendidik” anak-anak lewat televisi melalui ramuan acara yang tidak mendidik bahkan amoral sehingga terjadi degradasi moral pada diri calon-calon penerus agama dan bangsa kita. Maka harus ada sintesa atas realitas ini. Dan sintesanya adalah pembinaan secara komperhensif bagi setiap individu disegala lini kehidupannya seperti yang telah disebutkan diatas (pola pikir, aqidah, moralitas dan perasaannya serta dalam amal dan perilakunya). Taribiyah, ya kita sebut ini sebagai Tarbiyah. Karena sentuhan tarbiyah secarah utuh terbukti telah mengangkat derajat seorang budak–Bilal bin Rabah- menjadi penghuni surga yang terompah (alas kakinya) terdengar di surga. Tarbiyah pula yang telah mengarahkan karakter keras preman Mekkah menjadi salah seorang dari Khulafaurrasyidin –Umar ibnu Khattab- yang kemudian menjadi masuk dalam front line dakwah Rasulullah saw. Jika setiap atau sebagian besar individu muslim tersentuh tarbiyah maka kita akan optimis bahwa ada yang benteng kokoh pada diri setiap individu itu dan mampu mereduksi arus jahiliyah.

B. Binaaul Usrah wal Muslimah (Pembinaan keluarga Muslim)

Individu-individu Rabbani –muslim dan muslimah- yang telah terbentuk melalui tarbiyah tadi selanjutnya berafiliasi dan berkontribusi bagi Islam ini secara individu. Dan adalah hak fitrawi jika muslim-muslimah tadi membentuk sebuah ikatan sucai dalam mahligai pernikahan. Dengan pernikahan maka simpul-simpul ukhuwah menjadi lebih kuat dan lebar. Betapa tidak, dua keluarga telah bersatu dalam bingkai pernikahan yang agung. Maka itulah awal dari kader-kader tarbiyah untuk lebih berkontribusi secara massif dalam lingkungan kehidupan dan interaksi sosial mereka. Berbaur dengan masyarakat menebar nilai-nilai universal agama Islam. Dari rahim keluarga itu juga akan lahir generasi-generasi Rabbani yang taat, karena tumbuh dari proses pendidikan keluarga yang terjaga. Keluarga-keluarga muslim yang membetuk komunitas-komunitas dan lingkungan Islami dengan sendirinya akan mengantar kita pada tahapan amal berikutnya.

C. Irsyadul Mujtama’ (Pengarahan Masyarakat)

Inilah tahapan amal pasca pebentukan keluarga Islami tadi. Entitas muslim yang mendiami suatu geografi apakah RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan seterusnya akan menggelinding seperti bola salju, menjadi besar dan terus membesar. Maka bentangan waktu yang tidak terlalu lama akan membentuk kultur dan tingkah pola masyarakat berdasarkan sumber inspirasi karakternya masing-masing. Keluarga Islami. Proses distribusi sosial kesalehan yang berkesinambungan selanjutnya mengarahkan masyarakat pada merekatnya polah itu menjadi karakter dan kepribadian masyarakat. Cahaya Islam pun menembus batas-batas ke-egoan, meliuk keseluruh penjuru aktivitas masyarakat baik yang bersifat individu maupun aktivitas publik. Islam berbicara dengan bahas kejujuran dipusat-pusat perdagangan dan bisnis, menyatu dalam nilai-nilai moralitas dan tranparancy dalam panggung politik, mengetuk palu dalam bahasa keadlian dan persamaan dalam ruang-ruang peradilan tampil dalam busana dan pergaulan yang santun, serta menyapa dalam bahasa kasih sayang dalam kehidupan sosial. Sungguh indah…

D. Tahrirul Wathan (Pembebasan Tanah Air)

Kesalehan yang mengkristal dalam pergaulan sosial selanjutnya diwadahi dalam sebuah lembaga -negara- . Menempati ruang-ruang strategis pengambil kebijakan. Dari pucuk-pucuk gerakan tarbiyah menginstitusi menjadi sebuah negara. Tanah air pun bergema dalam bahasa Islam, bersuara lantang di atas pentas dunia mengajak negara lain berlabuh dalam kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks ke-Indonesia-an, hal ini dapat kita wujudkan melalui jalur demokrasi tentunya dengan jalan terlebih dahulu melakukan pencerdasan politik pada grass root, menyentuh merekah dengan tarbiyah siyasi (tarbiyah politik). Hal itu adalah pekerjaan yang mudah karena pada tahapan amal sebelumnya sudah terjadi penetrasi ideologi secara individu, melalui keluarga, dan lingkungan masyarakat.Maka saatnyalah kita bersatu membebeskan tanah air agar tak ada lagi fitnah di muka bumi ini.

E. Ishlahul Hukumat (Perbaikan Hukum)

Ketik gerakan dakwah tarbiyah ini menginstitusi, maka tak ada pilihan lain kecuali pengelolaan institusi negara itu juga kita kelola dengan kerja-kerja tangan tarbiyah melalui sentuhan rabbani. Cara Islam dengan selera Al Qur’an dan Sunnah. Islam bekerja merubah hukum-hukum thagut dengan inspirasi Ilahiyah. Mengislamkan kembali huku-hukum yang selama ini diselimuti oleh mantel jahiliyah. Kita ingin menyaksikan negeri-negeri yang di dalamnya ada manusia yang bersyahadat dikelola dengan selera Al Qur’an dan Sunnah. Mengembalikan tiap jengkal tanah , di muka bumi ini yang di atasnya pernah bergema takbir, dan diserukan adzan. Hingga kemudian Islam menjadi juru bicara peradaban menjadi soko guru semesta. Ustadziyatul ‘alam. Wallahu’alam….





MEGA PROYEK ABAD 21

0 komentar:

Posting Komentar