Selasa, 03 Agustus 2010

KAMMI Makassar Sulawesi Selatan (Sulsel) Meluncurkan 11 Kriteria Caleg Yang Patut Dipilih

MAKASSAR | SURYA Online - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), meluncurkan sebelas kriteria caleg yang patut dipilih dalam pemilu legislatif, Kamis (9/4) besok.
“Kami berharap kriteria-kriteria ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat sebelum menetapkan caleg yang akan dipilihnya dan menuju TPS,” kata Humas KAMMI Daerah Makassar, Yusman Dalle, usai diskusi politik yang dihadiri pengamat politik Sulsel, Dr Fuad Rumi di Makassar, Rabu (8/4).
Sebelas kriteria tersebut adalah, muda cerdas berkompeten, komitmen terhadap perubahan, mendukung kemandirian lokal, peduli terhadap pendidikan, peduli lingkungan, tidak dicurigai terlibat kasus korupsi serta tidak terlibat skandal perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga,
Selain itu, tidak menjadi kaki tangan orde baru, tidak terlibat kasus pornografi pornoaksi dan judi, tidak menjadi antek asing, serta bermoral dan amanah.
Yusman juga menjelaskan, kriteria tersebut disosialisasikan dalam suatu rangkaian aksi yang dimulai sejak 31 Maret hingga 8 April, agar masyarakat tidak salah dalam memilih wakilnya.
“Kami berharap ini menjadi referensi masyarakat sehingga tidak golput dengan tetap melaksanakan haknya namun tidak memilih politisi busuk,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik Dr Fuad Rumi mengatakan, yang perlu mendapat pendidikan politik pertama kali adalah, para politisi baru setelah itu difokuskan ke masyarakat.
Ia menjelaskan, politisi memiliki daya tarik bagi masyarakat, sehingga jika politisi tak bermoral maka masyarakat ikut menjadi tak bermoral.
Dalam pemilu ini, tambah Fuad, masyarakat seharusnya memilih caleg dengan melihat partainya sebab proses kaderisasi ada di partai.
“Selama ini masyarakat kita melihat calegnya, padahal kita bisa menilai caleg dari kaderisasi partai. Jika kaderisasi baik calegnya baik, kaderisasi buruk, calegnya juga buruk,” ujarnya.
Di akhir diskusi, akademisi Universitas Islam negeri (UIN) Alauddin Makassar itu mengatakan, politisi maupun pemilih di Indonesia memiliki karakteristik khusus.
“Baik politisi dan pemilih kita karakteristiknya seperti platus. Ada yang terdengar tapi tak tercium, ada yang terdengar dan tercium, ada juga yang tidak terdengar tapi tercium,” ujarnya.
Fuad mengkhawatirkan, situasi itu bisa memperparah kondisi politik bangsa yang seperti berada di tempat sampah, sehingga menyebabkan kita tidak peka membedakan mana yang baik dan buruk. ant
sumber: http://www.surya.co.id

0 komentar:

Posting Komentar